Karōshi, berasal dari kata 過労死 (karo-shi), yang berarti "kematian karena bekerja berlebihan". Fenomena ini merujuk pada kematian seseorang akibat jam kerja yang panjang dan melelahkan di Jepang.
Sejarah Singkat Karōshi:
- Awal Mula: Fenomena ini pertama kali diamati pada tahun 1960-an, dengan kasus kematian seorang pria berusia 29 tahun akibat stroke di tempat kerja.
- Peningkatan Kasus: Karōshi mulai menjadi perhatian publik pada tahun 1980-an dan 1990-an, dengan meningkatnya kasus kematian akibat kelelahan dan stres kerja.
- Pengakuan Resmi: Pada tahun 2014, pemerintah Jepang secara resmi mengakui Karōshi sebagai masalah kesehatan masyarakat.
Faktor-faktor yang Mendorong Karōshi:
- Budaya Kerja Keras: Budaya kerja keras di Jepang, di mana karyawan diharuskan bekerja lembur dan dedikasi tinggi, menjadi salah satu faktor utama.
- Tekanan Kerja: Tekanan untuk memenuhi target dan mencapai kesuksesan dalam pekerjaan juga berkontribusi terhadap Karōshi.
- Kurangnya Keseimbangan Kehidupan Kerja: Kurangnya waktu untuk istirahat dan bersantai di luar pekerjaan dapat memperburuk stres dan kelelahan.
Upaya Mengatasi Karōshi:
- Pemerintah: Pemerintah Jepang telah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mengurangi Karōshi, seperti pembatasan jam kerja lembur dan mendorong penggunaan cuti tahunan.
- Perusahaan: Banyak perusahaan di Jepang mulai menerapkan program untuk meningkatkan keseimbangan kehidupan kerja, seperti program "Work-Life Balance" dan "No Überstunden Day".
- Masyarakat: Masyarakat Jepang mulai sadar akan bahaya Karōshi dan mendorong perubahan budaya kerja yang lebih sehat.
Kondisi Karōshi Saat Ini:
Meskipun telah ada upaya untuk mengatasi Karōshi, fenomena ini masih menjadi masalah di Jepang.
- Statistik: Statistik resmi menunjukkan sekitar 2.000 kasus Karōshi per tahun, namun banyak ahli percaya jumlah sebenarnya jauh lebih tinggi.
- Kasus Terkenal: Kasus Karōshi yang terkenal adalah kematian seorang jurnalis muda NHK pada tahun 2013 akibat kelelahan kerja.
- Dampak: Karōshi tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga pada keluarga dan masyarakat secara keseluruhan.
Kemungkinan Karōshi di Indonesia:
Meskipun budaya kerja di Indonesia tidak seketat di Jepang, Karōshi tetap berpotensi terjadi.
- Faktor Risiko: Faktor risiko seperti jam kerja panjang, stres kerja, dan kurangnya keseimbangan kehidupan kerja juga ada di Indonesia.
- Kasus yang Dilaporkan: Beberapa kasus kematian akibat kelelahan kerja telah dilaporkan di Indonesia, meskipun belum ada data resmi yang komprehensif.
- Upaya Pencegahan: Penting untuk meningkatkan kesadaran tentang Karōshi dan mendorong budaya kerja yang lebih sehat di Indonesia.
Kesimpulan:
Karōshi adalah fenomena serius yang dapat berakibat fatal. Upaya untuk mengatasi Karōshi harus dilakukan di berbagai tingkatan, termasuk pemerintah, perusahaan, dan masyarakat. Dengan meningkatkan kesadaran dan mempromosikan budaya kerja yang sehat, kita dapat mencegah tragedi Karōshi terulang kembali.
Sejarah Fenomena Karoshi di Jepang dan Kondisinya Saat Ini
Reviewed by Ade
on
09.20
Rating:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar