Perasaan saya cukup terhenyak saat salah satu sesama peserta training internal menjawab "tidak ada jenjang karir, bukannya belum ada ya". Penyataan ini dilontarkan oleh salah satu rekan dengan masa kerja hampir 3 (tiga) tahun. Saya pun berusaha memahami apa maksud dari pernyataan beliau ini, sambil menerawang, apakah yang dimaksud dengan karir sebenarnya.
Ada Udang Dibalik Bakwan
Karir adalah hal nomor 2 (dua) dalam top list ketidakpuasan karyawan, selalu, selama sudah berpindah-pindah perusahaan, selalu saya temukan hasil ini disetiap kali kita melakukan survey kepuasan karyawan. Nomor 1 (satu) nya tentu saja ketidakpuasan terhadap penghasilan yang diterima. Wajar, sudah sifatnya kita sebagai manusia untuk tidak puas, yang tidak wajar adalah kenapa tetap saja praktisi human capital memasukkan ini sebagai salah satu pertanyaan survey :), kalaulah praktisi human capital memang mengaggap human-nya sebagai capital, tentunya cukup lakukan salary survey dan jika memang terasa kurang kompetitif silahkan di sesuaikan.
Kembali soal karir, apa intensi dibelakang permasalahan karir ini ? pendapat pribadi saya melihat dua hal, yang pertama adalah uang yang kedua adalah kekuasaan. Intensi pertama "uang" sudah sangat jelas bahwa dengan naiknya karir tentunya diharapkan kenaikan "benefit" alias "uang", inilah udang yang pertama di balik bakwan.
Udang yang kedua adalah "kekuasaan", biasanya diikuti dengan rasa gila hormat dan kepercayaan diri yang terlalu tinggi, udang yang ini tidak pernah secara lugas dinyatakan oleh seorang karyawan saat mempertanyakan masalah karir.
Kedua udang ini ada dibalik satu bakwan yang sama yaitu "karir", saat seseorang melesat karirnya, tentunya harapan akan perbaikan kondisi keuangan dan memperluas lingkaran pengaruh menjadi lebih tinggi.
Beli atau Masak Sendiri ?
Pertanyaannya adalah bagaimana saya bisa mendapatkan bakwan yang ada udang nya? jawabannya ada 2 (dua), yang pertama kita beli bakwan yang "Ada Udangnya", maksudnya adalah saat kita mencari pekerjaan atau menerima pekerjaan baru ditempat (perusahaan) baru pastikan perusahaan tersebut punya program pengembangan karir dan benefit yang besar (sesuai dengan harapan Anda). Caranya ? Pelajari dengan seksama, tanyakan dengan karyawan yang ada didalamnya, karena jika Anda mau bakwan+udang tentunya harganya lebih mahal jika dibanding dengan bakwan saja, tentu usaha yang Anda keluarkan juga harus lebih besar. Jangan sampai tertipu tenyata udangnya tidak ada atau bahkan bakwan-nya sudah mau basi (bangkrut).
Kalo gitu saya masak sendiri aja deh, nah ini yang sekarang digandrungi oleh teman-teman start-up. Mereka bikin sendiri bakwannya sesuai dengan selera mereka, ya tentunya di awal-awal rasa bakwannya pasti ngawur, bisa jadi bakwan rasa pergedel, sampai akhirnya mereka benar-benar menemukan resep bakwan udang yang tepat, kemudian mencari orang yang mau mendanai pembuatan bakwan udang selanjutnya, hingga akhirnya bakwan udang tersebut dilepas ke pasar. Pun begitu juga dengan karir Anda, Anda bisa tentukan sendiri mau mulai darimana dengan membuat usaha sendiri, hingga Anda mampu menciptakan lapangan kerja bagi orang lain. Terlihat gampang diucapkan namun sangat sulit di wujudkan, karena Anda butuh modal, keahlian, kesabaran, risiko kegagalan yang luar biasa. Itulah kenapa sampai saat ini masih banyak orang yang menjadi karyawan alias beli bakwan yang sudah jadi, syukur-syukur ada udangnya, kalo ada uang yang cukup (ilmu dan keterampilan) baru bisa beli yang ada udangnya.
Bersyukur
Kembali kepada keluhan karyawna di atas, saran saya adalah jika kita mulai merasa bakwan yang kita nikmati sekarang sudah tidak enak lagi, silahkan cari bakwan (perusahaan) lain yang kita anggap lebih enak dan cari yang ada udangnya (peningkatan benefit dan jabatan), tentunya harganya akan lebih mahal (butuh ilmu dan kemampuan) atau silahkan Anda masak sendiri bakwan udang sesuai selera Anda (wirausaha) dengan segala bentuk risikonya.
Apapun itu, bersyukurlah karena Anda masih diberikan rezeki oleh yang Maha Kuasa, melalui tangan-tangan pemiliki Perusahaan Anda.
Jakarta, 16 Oktober 2018
--Ditulis saat menyusun Job Grading dan Matriks Kompetensi Teknis--
Ada Udang Dibalik Bakwan
Karir adalah hal nomor 2 (dua) dalam top list ketidakpuasan karyawan, selalu, selama sudah berpindah-pindah perusahaan, selalu saya temukan hasil ini disetiap kali kita melakukan survey kepuasan karyawan. Nomor 1 (satu) nya tentu saja ketidakpuasan terhadap penghasilan yang diterima. Wajar, sudah sifatnya kita sebagai manusia untuk tidak puas, yang tidak wajar adalah kenapa tetap saja praktisi human capital memasukkan ini sebagai salah satu pertanyaan survey :), kalaulah praktisi human capital memang mengaggap human-nya sebagai capital, tentunya cukup lakukan salary survey dan jika memang terasa kurang kompetitif silahkan di sesuaikan.
Kembali soal karir, apa intensi dibelakang permasalahan karir ini ? pendapat pribadi saya melihat dua hal, yang pertama adalah uang yang kedua adalah kekuasaan. Intensi pertama "uang" sudah sangat jelas bahwa dengan naiknya karir tentunya diharapkan kenaikan "benefit" alias "uang", inilah udang yang pertama di balik bakwan.
Udang yang kedua adalah "kekuasaan", biasanya diikuti dengan rasa gila hormat dan kepercayaan diri yang terlalu tinggi, udang yang ini tidak pernah secara lugas dinyatakan oleh seorang karyawan saat mempertanyakan masalah karir.
Kedua udang ini ada dibalik satu bakwan yang sama yaitu "karir", saat seseorang melesat karirnya, tentunya harapan akan perbaikan kondisi keuangan dan memperluas lingkaran pengaruh menjadi lebih tinggi.
Beli atau Masak Sendiri ?
Pertanyaannya adalah bagaimana saya bisa mendapatkan bakwan yang ada udang nya? jawabannya ada 2 (dua), yang pertama kita beli bakwan yang "Ada Udangnya", maksudnya adalah saat kita mencari pekerjaan atau menerima pekerjaan baru ditempat (perusahaan) baru pastikan perusahaan tersebut punya program pengembangan karir dan benefit yang besar (sesuai dengan harapan Anda). Caranya ? Pelajari dengan seksama, tanyakan dengan karyawan yang ada didalamnya, karena jika Anda mau bakwan+udang tentunya harganya lebih mahal jika dibanding dengan bakwan saja, tentu usaha yang Anda keluarkan juga harus lebih besar. Jangan sampai tertipu tenyata udangnya tidak ada atau bahkan bakwan-nya sudah mau basi (bangkrut).
Kalo gitu saya masak sendiri aja deh, nah ini yang sekarang digandrungi oleh teman-teman start-up. Mereka bikin sendiri bakwannya sesuai dengan selera mereka, ya tentunya di awal-awal rasa bakwannya pasti ngawur, bisa jadi bakwan rasa pergedel, sampai akhirnya mereka benar-benar menemukan resep bakwan udang yang tepat, kemudian mencari orang yang mau mendanai pembuatan bakwan udang selanjutnya, hingga akhirnya bakwan udang tersebut dilepas ke pasar. Pun begitu juga dengan karir Anda, Anda bisa tentukan sendiri mau mulai darimana dengan membuat usaha sendiri, hingga Anda mampu menciptakan lapangan kerja bagi orang lain. Terlihat gampang diucapkan namun sangat sulit di wujudkan, karena Anda butuh modal, keahlian, kesabaran, risiko kegagalan yang luar biasa. Itulah kenapa sampai saat ini masih banyak orang yang menjadi karyawan alias beli bakwan yang sudah jadi, syukur-syukur ada udangnya, kalo ada uang yang cukup (ilmu dan keterampilan) baru bisa beli yang ada udangnya.
Bersyukur
Kembali kepada keluhan karyawna di atas, saran saya adalah jika kita mulai merasa bakwan yang kita nikmati sekarang sudah tidak enak lagi, silahkan cari bakwan (perusahaan) lain yang kita anggap lebih enak dan cari yang ada udangnya (peningkatan benefit dan jabatan), tentunya harganya akan lebih mahal (butuh ilmu dan kemampuan) atau silahkan Anda masak sendiri bakwan udang sesuai selera Anda (wirausaha) dengan segala bentuk risikonya.
Apapun itu, bersyukurlah karena Anda masih diberikan rezeki oleh yang Maha Kuasa, melalui tangan-tangan pemiliki Perusahaan Anda.
Jakarta, 16 Oktober 2018
--Ditulis saat menyusun Job Grading dan Matriks Kompetensi Teknis--
Jalur Karir, Tentukan Sendiri atau Ditentukan Orang Lain ?
Reviewed by Ade
on
14.19
Rating: